tugu kujang sudah pasti terkenal di hari jadi Bogor

Bogor merupakan kawasan yang sudah tidak asing bagi pelancong yang berasal dari daerah Jakarta, Depok, Tangerang, dan sekitarnya. Dalam rangka Hari Jadi Bogor, Paketseminar.com Bogor telah merangkum asal usul Bogor dari berbagai sumber, simak yuk!

Asal Mula Hari Jadi Bogor

Hari Jadi Bogor yang jatuh pada tanggal 3 Juni sudah ada dari 500 tahun silam. Tanggal ini diambil saat penobatan Raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja pada 3 Juni 1482. Penobatan Raja Pajajaran diikuti dengan upacara Kuwedabhakti yang digelar selama beberapa hari.

Penetapan Hari Jadi Bogor yang jatuh pada tanggal 3 Juni diresmikan saat sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor di tahun 1972.

Sejarah Nama Bogor

Tidak lengkap rasanya saat Hari Jadi Bogor, tidak mengulas sejarah Bogor

Pendapat pertama mengungkapkan, nama Bogor berasal dari kata “Buitenzorg”. Nama khas Belanda ini diberikan oleh penjajah Belanda yang kala itu berada di Indonesia.

Pendapat kedua menyebutkan, nama Bogor berasal dari kata “Bahai” yang berarti sapi. Pasalnya, terdapat patung sapi di area Kebun Raya Bogor.

Pendapat ketiga menceritakan, nama Bogor berasal dari kata “Bokor” yang bermakna tunggul pohon enau (kawung).

Pendapat lainnya menyebutkan, nama Bogor tertulis “Hoofd Van de Negorij Bogor” yang memiliki arti Kepala Kampung Bogor. Saat itu, Bogor berlokasi di Kebun Raya Bogor yang mulai dibangun pejabat Belanda saat itu C.G.K. Reinwardt di tahun 1817.

Sejarah Kabupaten Bogor

Beberapa catatan mengungkapkan, sejak jaman penjajahan Belanda, Kampung Bogor dikembangkan oleh Gubernur Jenderal Gustaf Willem Baron van Imhoff pada tahun 1745.

Kampung Bogor yang dikembangkan ini menjadi besar dan bertranformasi menjadi Kabupaten Bogor. Selanjutnya di tahun 1990, Kabupaten Bogor memiliki kantor pemerintahan yang berada di Cibinong.

Sejarah Kota Bogor

gerbang stasiun bogor yang ikonik jadi pemandangan saat ke alun-alun kota bogor
Gerbang stasiun Bogor yang saat ini menjadi pemandangan saat berjalan-jalan di alun-alun

Banyak yang menduga dan yakin bahwa Kota Bogor memiliki hubungan lokatif dengan kota Pakuan, Ibukota Pajajaran. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, lokatif bermakna kasus yang menunjukan makna tempat pada nomina atau sejenisnya.

Pakuan sendiri memiliki beragam asal usul dan arti. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.

1. Naskah cariwa waruga guru

Berdasarkan naskah berbahasa sunda kuna Naskah Carita Waruga Guru yang sudah ada di sekitar tahun 1750-an, nama Pakuan Pajajaran diambil karena di lokasi tersebut banyak pohon pakujajar.

2. Tulisan De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis di Bogor)

Pada tulisan De Batoe Toelis te Buitenzorg, seorang Belanda yang Bernama K.F. Holle di tahun 1869 mengemukakan di dekat Kota Bogor terdapat kampung dan sungai yang memiliki nama sama Cipaku. Di sungai dan kampung tersebut, terdapat banyak pohon paku.

Holle menyimpulkan, nama Pakuan berkaitan dengan kehadiran Cipaku beserta pohon pakunya.

Pakuan Pajajaran bermakna pohon paku yang berjajar atau op rijen staande pakoe bomen (dalam Bahasa Belanda)

3. Ensiklopedia van Niederlandsch Indie

Di tahun 1919 G.P. Rouffer dalam Encyclopedia van Niederlandsch Indie edisi Stibbe menuliskan Pakuan bermakna paku.

Bukan pohon paku, makna paku yang dimaksud adalah paku jagat yang melambangkan pribadi raja seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam.

Rouffaer menjelaskan, pakuan setara dengan makna maharaja, sedangkan kata pajajaran diartikan sebagai berdiri sejajar.

pemandangan gunung salak sebagai ikon bogor di hari jadi bogor
Pemandangan Gunung Salak ikon Bogor

Sehingga Rouffaer menyimpulkan arti dari pakuan pajajaran adalah berdiri sejajar atau seimbang dengan Majapahit.

Walau tidak secara gamblang disebutkan, menurutnya Pakuan Pajajaran bermakna maharaja yang berdiri sejajar atau seimbang dengan (Maharaja) Majapahit.

Rouffaer juga sepakat dengan Hoesein Djajaningrat di tahun 1913 bahwa Pakuan Pajajaran didirikan di tahun 1433.

4. Tulisan R Ng Poerbatjaraka

R Ng Poerbatjaraka atau Mpu Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka merupakan seorang budayawan dan ilmuwan Jawa.

Dalam tulisan De Batoe-Toelis bij Buitenzorg yang berarti Batutulis dekat Bogor, ia menjelaskan bahwa kata Pakuan mestinya berasal dari Bahasa Jawa Kuno “pakwwan” yang kemudian dieja menjadi “pakwan”.

Pakwan pada lidah orang sunda menjadi “pakuan”. Kata pakwan sendiri bermakna kemah atau istana. Sehingga menurut Poerbatjaraka, pakuan pajaran memiliki arti istana yang berjajar atau aanrijen staande hoven.

5. Tulisan Verkenningen Rondom Padjajaran

Salah satu insinyur pertanian Belanda H. Ten Dam ingin meneliti kehidupan sosial ekonomi petani Jawa Barat dengan pendekatan awal perkembangan sejarah di tahun 1957.

Dalam tulisan yang ia buat berjudul Verkenningen Rondom Padjajaran atau pengenalan sekitar pajajaran, menurutnya pengertian pakuan ada hubungannya dengan lingga atau tonggak batu yang terpancang di sebelah Batu tulis sebagai tanda kekuasaan.

Ia berpendapat bahwa pakuan bukanlah nama, namun kata benda yang berarti ibukota yang dibedakan dengan keraton.

Berdasarkan topografi yang dikutip dari laporan Kapiten Wikler di tahun 1690 menceritakan saat Kapiten Wikler melintasi istana Pakuan di Pajajaran. Istana tersebut terletak antara Sungai Besar dengan Sungai Tangerang (sekarang disebut sungai Ciliwung dan Cisadane).

Berdasarkan hal tersebut, Ten Dam menyimpulkan kata pajajaran diartikan sebagai aliran Sungai Cisadane dan Ciliwung yang mengalir sejajar. Sehingga pakuan pajajaran diartikan sebagai pakuan di pajajaran atau Dayeuh Pajajaran.

6. Naskah Carita Parahiyangan

Ada satu kalimat dalam carita parahiyangan yang berbunyi “Sang susuktunggal, inyana nu nyieunna palangka Sriman Sriwacana Sri Bduga Maharadjadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata”.

Kalimat tersebut bermakna, Sang Susuktunggal, dialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana (untuk) Sri Baduga Maharaja Ratu Penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, yaitu pakuan Sanghiyang Sri Ratu Dewata.

kebun raya bogor masih jadi tempat wisata menarik saat hari jadi Bogor
Kebun Raya Bogor masih jadi objek wisata populer untuk dikunjungi

Sanghiyang Sri Ratu Dewata merupakan gelar untuk Sri Baduga.

Berdasarkan kalimat tersebut, pakuan berarti kedaton yang Bernama Sri Bima. Pakuan adalah tempat tinggal para raja, sehingga pakuan pajajaran bermakna istana yang berjajar berdasarkan tafsiran nama istana yang panjang.

7. Laporan Tome Pires

Dalam laporan Tome Pires di tahun 1531, ibukota kerajaan Sunda Bernama Dayo (dayeuh) terletak di daerah pegunungan, membutuhkan waktu dua hari perjalanan dari Pelabuhan Kalapa di Muara Ciliwung untuk menuju kesana.

Nama dayo didengar dari penduduk dan pembesar Pelabuhan Kelapa, untuk percakapan sehari – hari.

Orang Pelabuhan menggunakan kata dayeuh jika menyebut ibukota. Sedangkan kata pakuan digunakan dalam Bahasa kesusastraan untuk menyebut ibukota kerajaan.

Saat ini Bogor sudah berkembang pesat dan menjadi kota yang ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar Jakarta sehingga ekonomi pun berkembang pesat. Dengan adanya perkembangan tersebut muncullah souvenir Indonesia khas Bogor yang dapat dijadikan cinderamata.

Jika ingin berkeliling Bogor, jangan lupa untuk membawa tumbler minum Paketseminar.com, tas ransel backpack, serta topi polo agar tetap nyaman saat bepergian. Selamat menjelajah! Semoga Bogor selalu menjadi kota yang asri dan indah di hari jadinya dan seterusnya!

CEK INSPIRASI LAINNYA